Kisah 2 Petani Miliarder Baru di Tuban, Awalnya Sempat Tolak Jual Tanah, Kini Borong hingga 3 Mobil

Dua petani yang merupakan miliarder baru di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban ternyata sempat menolak menjual tanah mereka. Namun, mereka akhirnya menjual tanahnya ke Pertamina. Bahkan, kini mereka juga memborong mobil hingga tiga unit.

Selain itu, pengakuan unik juga datang dari warga Sumurgeneng lainnya yang ikut beli mobil baru tapi belum bisa mengemudi. Seperti diketahui, warga di Desa Sumurgeneng mendadak jadi miliarder setelah menjual tanahnya, untuk kebutuhan proyek kilang Grass Root Refinery (GRR), perusahaan patungan Pertamina Rosneft asal Rusia. Para miliarder baru di desa ini pun beramai ramai beli mobil baru dan videonya viral di media sosial.

Ternyata, ada dua petani yang awalnya menolak menjual tanahnya ke Pertamina. Mereka adalah Wantono (40) dan Ali Sutrisno (37). Mereka bercerita, sebelum menerima uang kompensasi dari Pertamina sebesar itu, sempat menolak tanahnya dijual untuk pembangunan kilang minyak kerjasama Pertamina Rosneft,

Namun, karena ada paksaan dari pemerintah, mereka pun mengambil uang konsinyasi ganti untung ke pengadilan. "Ya dulu menolak tegas, tapi kalau sudah konsinyasi sudah babak terakhir, kita tidak bisa menolak," kata Wantono, warga setempat, Kamis (18/2/2021). Meski banyak yang membeli dalam jumlah 2 sampai 3 unit, namun Wantono hanya membeli satu mobil saja.

Wantono merupakan petani yang kini mendadak menjadi miliarder setelah menerima Rp 24 miliar dari penjualan 4 hektar tanah miliknya. Uang itu segera diambil, sebagian digunakan untuk beli 1 unit mobil Expander, beli tanah dan ditabung. Ia masih menyisakan 3 hektar lahan yang tidak masuk peta penetapan lokasi (penlok) kilang minyak.

"Saya hanya beli 1 Xpander, belum mau nambah. Kalau sisa lahan masih kita gunakan untuk bertani, ada yang disewakan juga," terangnya. Wantono juga mengatakan, memang tidak bisa nyetir sebelum membeli mobil jenis Mitsubishi Xpander.

Sehari hari ia hanya mengendarai traktor untuk ke sawah. Namun, setelah beli mobil ia kemudian diajari temannya hingga akhirnya mulai bisa mengemudi. "Memang sebelum beli mobil ini tidak bisa nyetir, setelah beli saya belajar," ujarnya saat ditemui SURYA.CO.ID di rumahnya, Kamis (18/2/2021).

Sambil meminum air di gelas, bapak satu anak itu berdalih tak butuh waktu lama untuk belajar mengemudi mobil. Diakuinya, masih sulit mengendari traktor yang digunakan sehari hari untuk membajak sawah. Meski sudah bisa mengemudi, namun pria yang mendapat Rp 24 miliar setelah menjual tanahnya 4 hektar itu belum berani mengemudi ke kota.

"Ya hanya di jalan desa saja mengemudinya, belum berani ke jalan raya ke kota. Saya hanya beli 1 mobil, sisanya beli tanah dan ditabung," pungkasnya. Sementara itu, Matrawi (55) warga sekitar juga menyatakan hal sama. Dia membeli dua mobil setelah menjual tanahnya 1/2 hektare dan mendapat Rp 3 miliar dari Pertamina.

Sebelum membeli mobil, ia juga mengaku tidak bisa mengemudikan mobil. Setelah beli mobil Toyota Rush dan pikap, ia baru belajar nyetir. "Saya beli dulu baru belajar, sekarang sudah bisa sedikit sedikit. Belum berani jalan ke kota, di desa dulu," tutup Matrawi. Hal sama juga disampaikan Ali Sutrisno (37), selaku warga yang menolak menjual tanahnya untuk kilang minyak.

Ia menjual tanah kurang lebih 2,2 hektar, dari hasil penjualan lahan mendapat sekitar Rp 17 miliar. Lantas uang dari hasil penjualan tanah tersebut di antaranya digunakan untuk beli tiga mobil baru, beli tanah lagi dan ditabung. "Saya ambil uang di pengadilan karena konsinyasi, ya dulu menolak. Mau tidak mau ya uang kita ambil," ujarnya.

Sementara itu, rejeki nomplok juga didapat dealer mobil. Sejak pencairan uang ganti rugi pertama April 2020 hingga kini, telah ada 130 unit mobil yang dipesan miliarder baru dari dealer Auto 2000 Tuban. Pihak dealer auto 2000 yang berada di jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo, Tuban, membenarkan adanya pemesanan belasan mobil tersebut.

Branch Manager Auto 2000 Tuban, Arie Soerjono mengatakan, mulai pencairan April 2020 hingga kini sudah ada sekitar 130 unit mobil yang terjual, dibeli langsung oleh warga secara tunai. Pembelian mobil dilakukan secara bertahap, tidak langsung dalam satu waktu. Adapun untuk merk yaitu innova, rush, fortuner dan berbagai merk lainnya. Bahkan, ada mobil yang masih dalam pesanan sejumlah kurang lebih 10 unit.

"Ada yang masih pesan juga, seperti fortuner itu kan harus pesan dulu sekitar 2 3 bulan, setelah ada kemudian kita antar," ujarnya dikonfirmasi, Rabu (17/2/2021). Dia menjelaskan, untuk mobil yang dibeli warga tidak semua toyota, sehingga di luar itu bisa dibeli di tempat lain. Menanggapi mobil toyota dari dealer luar Tuban yang menjual ke warga Sumurgeneng, Arie menyatakan semua ada regulasinya.

Misal, dealer toyota luar Tuban targetnya penjualan 40 mobil, maka 10 persennya yaitu 4 unit boleh dijual ke luar. "Baru tahun ini melakukan pembatasan wilayah, jadi dealer luar boleh menjual ke daerah lain namun dibatasi," ujarnya. Masih kata Arie, untuk penjualan unit mobil terbilang mencapai target di 2020, karena targetnya per bulan 40 unit, jika dikalikan 12 bulan maka 480 unit.

Umumnya daerah lain penjualan menurun karena pandemi covid 19, pihaknya tertolong oleh warga sekitar kilang yang menjual tanahnya. Bahkan, di 2021 ini target penjualan dinaikkan 5 menjadi 45 unit. "Penjualan tahun 2020 mencapai target, 500 unit mobil terjual. Tahun ini penjualan naik menjadi 45 unit per bulan, namun tetap menyesuaikan."

"Jika normal sebelum pandemi target bisa 75 unit lebih per bulannya," pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *