Yudi Latif : Nasib Bangsa Masa Depan Bergantung pada Kontribusi Pendidikan

Pendidikan juga merupakan investasi yang akan menentukan masa depan dan kemajuan peradaban bangsa. Bahkan, pendidikan merupakan persoalan hidup dan matinya seluruh bangsa (education is a matter of life and death for the entire of nation). "Karenanya, kita semua tentu sepakat bahwa nasib bangsa ini di masa depan sangat bergantung pada kontribusi pendidikannya," kata mantan Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP), Yudi Latif saat peluncuran buku terbarunya “Pendidikan yang Berkebudayaan secara virtual, Jumat (14/11/2020).

Menurut Yudi, pendidikan adalah benih harapan sehingga sistem pendidikan nasional mengemban misi atau amanah “masa depan” bangsanya. Tokoh pendidikan, Daoed Joesoef pernah mengatakan, sistem pendidikan nasional dituntut untuk mampu mengantisipasi, merumuskan nilai nilai, dan menetapkan prioritas prioritas dalam suasana perubahan yang tidak pasti agar generasi generasi mendatang tidak menjadi “mangsa” dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka di kemudian hari. Dalam bukunya, Yudi Latif menyebut pola dasar mentalitas Indonesia yang bersifat sintetis, seharusnya bangsa ini bisa menghadapi penetrasi globalisasi tersebut tanpa menimbulkan gegar budaya.

Yudi Latif menyarankan agar ada arus balik dari globalisasi (reverse globalization), seperti gangnam style Korea Selatan yang menembus Hollywood, India dengan industri film Bollywood nya. "Namun, dengan kelemahan kepercayaan diri dalam karakter dan kapasitas nalar ilmiah kreatif, rasanya sulit bangsa Indonesia mengambil manfaat dari globalisasi. Jangan jangan malah jadi korban," katanya. Dalam kesempatan yang sama, Pontjo Sutowo, Ketua Aliansi Kebangsaan/Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti mengatakan, pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan.

Keterkaitan pendidikan dengan kebudayaan juga semakin menemukan relevansinya, karena budaya merupakan faktor penentu keberhasilan (determinant factor) maju atau mundurnya sebuah peradaban bangsa. Sebagai wahana penyemaian nilai nilai dan pembangunan budaya, pendidikan nasional sudah seharusnya tetap berakar kuat pada bangsanya sendiri, yakni pendidikan yang tidak meninggalkan akar akar sejarah dan kebudayaan bangsa Indonesia. "Pendidikan yang tidak didasari oleh budaya bangsa akan menghasilkan generasi yang tercabut dari kebudayaan bangsanya sendiri," kata Pontjo.

Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, pendidikan yang tidak menyatu dengan kebudayaan akan cenderung asing dan akan ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri. Hanya dengan pendidikan yang berakar pada budaya sendiri, bangsa ini akan selamat menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *